Gu Tae-hwi dengan kasar berkata padaku, "kalau kau pacaran denganku, itu menguntungkanmu."

Sambil terisak, aku menolaknya, "Nggak mau, hiks. Aku, kalau sudah lunas semua utangnya, saat itu......"

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Gu Tae-hwi memotong dengan sinis, "Kau bakal langsung mati dan meninggalkanku?"

Aku mengangguk-angguk, mengiyakan tebakannya yang mengerikan itu. Memang benar. Rencanaku adalah, setelah melunasi semua tumpukan utang sialan yang ditinggalkan Ayah ini, aku akan langsung mengakhiri hidupku. Dan aku ingin melakukannya dengan hati yang sangat tenang. Aku tidak bisa membayangkan jika mati meninggalkan utang; aku tidak tahu siapa lagi yang akan disusahkan oleh bebanku ini. Ibu, bibi, paman, keponakan... bagi para bajingan preman itu, siapa saja yang punya hubungan darah dianggap keluarga yang bisa diperas. Aku tidak mau menjadi sumber masalah bahkan setelah aku mati.

Saat aku mengerutkan dahi, tenggelam dalam pemikiran serius itu, Gu Tae-hwi, yang menempel erat di punggungku, mendengus mengejek.

"Sialan," geramnya. "Akan kutarik kau keluar dari neraka."

Aku terisak kaget, "Ah...... hiks, kenapa... kenapa neraka?"

Dia menjawab dengan nada merendahkan yang kejam, "Memangnya kenapa? Kau pikir perempuan jalang yang main dengan bajingan preman sepertimu bisa berharap masuk surga, hah?"